17 November 2008

Pintu terlarang


Ni dia nih film terbarunya Joko Anwar setelah Janji Joni dan Kala. Oke ga tuh dua poster di atas? Banyak pengaruh novel grafis Amerika ala Frank Miller. Iya ga? Ni saya kasih liat cuplikannya....



Pasti pada penasaran kan mau nonton? Ayo kita nonton film2nya Joko Anwar. Jangan kaya film Kala yang kabarnya cuman ditonton 70.000 orang dan produsernya rugi besar2an. Dia calon sutradara besar masa depan Indonesia nih. Kalo kita nonton filmnya dia, yang emang berbeda dari pakem film2 Indonesia kebanyakan, anggap aja buat bantu dia ngumpulin modal buat film2 dia selanjutnya.

02 November 2008

Dalam gelap dini hari

"Ketika kita tahu hidup begitu sejenak, kita pun akan bertanya adakah segalanya juga fana—dan tidakkah pengertian tentang ”fana” hanya bisa dimengerti jika ada yang ”bukan-fana”, jika disandingkan dengan yang abadi? Meskipun yang abadi tak pernah kita alami?

Dalam gelap dini hari, jika yang abadi bisa terasa hadir, mungkin karena ada hubungan antara keabadian dan kuasa, dan ada hubungan kuasa dengan misteri. Ia tak pernah bisa ditebak. Ia semacam peringatan akan apa yang kurang pada kita—yang menyebabkan kita selamanya terbelah, antara kini yang rapuh dan kelak yang tak jelas, antara kini yang hadir dan kelak yang kita tak pernah tahu."


'In the Wee Small Hours' - Goenawan Mohamad

30 Oktober 2008

Eropa dalam layar (bag. 2)

Hari ini saya ke kampus. Kuliah cuman satu, dosennya ga dateng. Sampe kampus cuman ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Tadi saya mo beli majalah RollingStone yang edisi khusus di kios majalah yang deket es pocong. Di situ harga majalah lebih murah 2000-4000. Kirain saya RollingStone harganya kayak biasa 35000. Pas udah ngambil, saya liat harganya. Taunya 55000. Jauh bngt bedanya. Terpaksa saya menunda niat saya.

Kemaren siang saya nonton Elegy sendirian di Blitz GI. Saya liat di Kompas kalo hari rabu Elegy harga tiketnya 20000. Jadi, lebih murah drpd nomat hari senin yg tiketnya 25000. Di dalem bioskop yang nonton cuman enam orang termasuk saya.

Elegy ceritanya tentang David Keppesh, seorang profesor yang jg kritikus seni dan sastra di TV, radio, dan koran. Dia hidup sendirian, gonta-ganti pacar, dan anti sama komitmen. Walopun dia punya pasangan tetap yang seumuran ama dia, Carolyn, yang dateng cuman buat berhubungan badan. David kepincut sama salah satu mahasiswinya, Consuela Castillo, yang kecantikannya sungguh seperti sebuah mahakarya seni. Tapi, David tau aturan main. Consuela mulai dideketin waktu dia udah lulus kelasnya David. Jadilah hubungan beda umur 30 tahun ini berjalan. Dari cuman kencan nonton pentas teater sampe akhirnya kencan di atas ranjang. Teman David, George, udah ngasih peringatan sama David, "Beautiful women are invisible; we're so dazzled by the outside that we never make it inside." Sampai akhirnya cerita cinta ini berakhir tragis.

Ben Kingsley yang meraih piala Oscar di film Gandhi bermain baik sebagai Prof. David Keppesh yang posesif sekaligus anti komitmen di film ini. Sepanjang film kita disuguhi musik2 klasik untuk mengiringi kita melihat kisah cinta tidak pada tempatnya ini. Dan di akhir film kita diberi kejutan dengan apa yang terjadi dengan Consuela.

Selesai nonton Elegy jam setengah lima, terus langsung pulang. Jam 6 lewat 15 menit saya berangkat lagi ke Erasmus Huis di Kuningan bareng Febri dan seorang temannya buat nonton film yang judulnya Paris jam 19.30. Setelah berkutat dengan kemacetan Jakarta di jam pulang kantor dan harap2 cemas takut keabisan tiket, akhirnya nyampe juga di Erasmus Huis dan Alhamdulillah masih kebagian tiket. Di dalam teater, saya kebagian tempat duduk yang sungguh tidak enak sekali. Penglihatan saya ke layar teater kehalangan sama seorang berpostur tinggi dan juga berbadan besar yang duduk dua baris di depan saya. Sungguh2 mengganggu. Terpaksa saya harus menggerakkan kepala saya ke kanan kiri untuk liat teks terjemahan.

Film Paris nyeritain macam2 cerita tentang kehidupan di kota Paris. Ada penari teater yang kena penyakit jantung dan divonis akan mati ga lama lagi. Dia harus tetap tinggal di apartemennya, jadi kakaknya pindah ke apartemennya sama anak2nya buat ngurusin. Kakaknya ini tertarik sama seorang pedagang di pasar yang biasa dia datengin. Terus ada cerita seorang profesor sejarah yang suka ama mahasiswinya. Si profesor pun dapet nomor telpon si mahasisiwi dari membaca gerak bibir si mahasiswi waktu si mahasiswi memberitahu nomornya sama temannya. Si profesor ngirimin SMS kata2 romantis terus menerus ke si mahasiswi. Si mahasiswi tdk tau siapa yang ngirim SMS terus ke HPnya. Sampe akhirnya si profesor kepergok sama si mahasiswi. Dan masih ada beberapa cerita lainnya yang satu sama lain berhubungan membentuk bagian2 kehidupan kota Paris yang belom pernah kita lihat sebelumnya.

Film Paris bener2 film yang menakjubkan. Seru banget ngeliat cerita2 keseharian warga kota Paris di film ini. Selama ini kan kita taunya Paris itu kota yang indah, glamor, penuh cinta, kiblat fashion dunia, menara Eiffel, dll. Di film ini kita bisa liat kehidupan Paris yang lebih membumi dan manusiawi dari fragmen2 ceritanya. Drama di film ini ceritanya mengalir begitu saja dan bisa diikuti tanpa bosan. Dan, seperti film2 Prancis biasanya, selalu ada humor khas film Prancis di film ini yang berhamburan sepanjang film dan diselipkan dengan pas di sela2 cerita. Juga tidak lupa pula, pemandangan Paris dari atas gedung dan tempat2 indah di Paris ada dalam film ini. Saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton.

Kalo penasaran ni saya kasih liat cuplikannya



Yah, itulah film2 yang yang saya totnton kemaren. Saya hanya nonton tiga film di Europe on Screen tahun ini. Setidaknya lebih baik daripada tahun laulu yang cuman satu film. Untuk yang akan datang, saya sangat menanti JIFFest 2008 di akhir tahun.

Udah dulu ah. Sampai ketemu lagi

27 Oktober 2008

Eropa dalam layar

Seminggu ini saya telah menjalani sebagian UTS saya dengan tidak semangat. Saya tidak terlalu mempelajari materi ujian. Hasilnya adalah sebagian besar jawaban UTS saya isi dengan menyalin kembali soal yang diberikan dengan dibumbui sedikit jawaban ngawur. Dan pasti hasilnya bakalan ngawur juga, jadi saya memutuskan buat ngga liat nilainya pas diumumin.

Cukup tentang UTS, mari ngomongin film. Dua hari terakhir saya nonton dua film dalam acara Europe on Screen atau biasa disebut Festival Film Eropa. Yang pertama film Turki judulnya Mutluluk (dalam bhs Inggris judulnya Happiness) dan yang kedua film Inggris judulnya Control.

Saya nonton Mutluluk hari sabtu malam di Erasmus Huis bareng dua orang kawan sekolah saya, Febri dan Zetara. Jadwal film jam 19.30.

Mutluluk bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Meryem yang dikurung di gudang di sebuah rumah di sebuah desa terpencil di pelosok Turki karena dituduh udah dinodai kesuciannya sama orang lain. Budaya masyarakat desa yang masih tradisional menuntut dia untuk bunuh diri sendiri karena telah berzina. Tapi dia menolak utk bunuh diri sendiri. Maka dibuatlah skenario oleh sepupu ayah Meryem, Ali Riza, untuk membawa Meryem ke Istanbul ditemani Cemal, anak Ali Riza yang baru pulang dari tugas militer. Tujuan Cemal membawa Meryem ke Istanbul adalah untuk membunuh Meryem di kota atas perintah bapaknya walaupun dia ga setuju. Di Istanbul, seorang profesor bernama Irfan memutuskan untuk meninggalkan kehidupan sehari2nya dan hidup di atas kapal layar untuk menemukan dirinya kembali setelah dia lelah dengan kehidupan di kota. Sampai akhirnya Prof. Irfan bertemu dengan Cemal dan Meryem, dan memutuskan untuk menjadikan mereka pembantu di kapalnya.

Di awal film saya sempat mengira film ini bakalan ga menarik ngebosenin. Tapi setelah lama2 cerita berkembang, saya mulai menikmati jalan cerita film ini. Kita bisa liat benturan budaya yang terjadi antara Cemal dan Meryem yang orang desa dengan Prof. Irfan yang orang kota. Film ini juga memperlihatkan lokasi2 berpemandangan indah di Turki. Saya paling suka adegan di bawah jembatan layang ketika Cemal menyuruh Meryem untuk bunuh diri dan lompat dari jembatan, tapi ternyata Cemal mencegahnya. Ada banyak bagian lucu dalam film ini walaupun keseluruhan film ini terkesan emosional dan dalam.

Hari minggu malam saya nonton Control di Goethe Haus pada jam sama kaya Mutluluk. Nontonnya lagi2 bareng Febri dan Zetara. Control adalah film biografi Ian Curtis, vokalis band lawas asal Inggris, Joy Division.

Sebelum Ian membentuk Joy Division, dia kerja di ‘Department of Unemployment’ yang tugasnya nyariin pekerjaan buat orang2 pengangguran. Ian mempunyai penyakit epilepsi yang membuat dia harus minum berbagai macam obat2an. Hal ini membuat dia selalu gelisah ketika di atas panggung dan berhadapan dengan penonton dan penggemarnya. Dia bilang, “I have no control anymore, I don’t know what to do”. Hubungan dengan istrinya, Deborah, mengalami pasang surut karena Deborah tau Ian punya selingkuhan seorang wartawan, Annik Honore. Ian selalu membawa Annik selama dia manggung. Suatu kali, Ian berkata pada Annik tentang perkawinannya dengan Deborah, “Our marriage was a mistake”. Ian Curtis akhirnya meninggal bunuh diri di rumahnya waktu umur 23 tahun.

Film hitam putih ini disutradarai Anton Corbijn, seorang wartawan dan fotografer yang namanya sering saya liat di majalah RollingStone. Ian Curtis diperankan Sam Riley dengan ciamik. Dia bisa memberi ekspresi murung dan gelisah yang meyakinkan sepanjang film. Adegan2 di film ini didominasi oleh pergerakan kamera yang statis sehingga mendukung kesan murung dan kebingungan dari Ian Curtis. Sam Riley dan para pemeran personel Joy Division lain benar2 menyanyikan dan membawakan sendiri lagu2 Joy Divison di film ini seperti ‘Love will tear us apart’, 'She’s lost control’, dan ‘Transmissions’.

Yah, itulah dua film yang udah saya tonton di Europe on Screen. Kalo yang laen pada mo nonton juga, tinggal dateng aja ke tempat2 penyelenggaraannya sampai terakhir tanggal 31 Oktober. Semua film gratis kok, tinggal dateng, isi daftar penonton terus ambil deh tiketnya.

Rencananya ada satu film lagi yang mau saya tonton hari Rabu, judulnya Paris diputernya di Erasmus Huis jam 19.30.

18 Oktober 2008

Bingung dan kesepian

Saya sedang bingung dan kesepian.

12 Oktober 2008

Sang guru besar

Pernah nonton film Smart People? Itu tuh, yang maen si Ellen Page yang maen Juno



Ni film ceritanya tentang seorang profesor sastra yang kalo berhubungan sama orang lain nyebelin banget orangnya. Nah, sifat ini turun juga ke anaknya yang msh sekolah dan udah ketrima di Stanford. Ni cuplikannya



Di sini saya ga bakal ngebahas tentang film itu. Saya mau ngomongin film2 yang karakter utamanya profesor. Saya suka banget kalo ada film tokoh utamanya seorang profesor. Menurut saya, profesor tuh orangnya pasti pribadinya kompleks. Ga jarang juga yang kelakuannya aneh2 dan nyentrik.

Saya udah pernah diajarin dua orang profesor di kampus. Namanya Prof. Dr. A. Dja ama Prof. Dr. Soer. Kelakuan dua2nya juga bisa bikin alis berkerut. Contohnya kaya di kelas Prof. A. Dja. Kalo beliau udah selesai nerangin, biasanya mahasiswa dipersilakan buat nanya. Tapi, jangan kira pertanyaan dari mahasiswa bakal langsung dijawab. Beliau bakal nanya balik tentang yang ditanyain, apa inti pertanyaan, dan kalo beliau belum jelas juga tentang pertanyaannya, malah bilang pertanyaannya ga bener. Kalo udah gini, beliau bakal nerangin lagi soal yang ditanyain tadi, yang ada sekelas malah tambah bingung. Beliau juga pernah ngajar cuman setengah jam, masuk jam 8.00, selesai jam 8.30, tanpa keterangan apa pun. Pak Soer juga ga kalah ajaib. Beliau suka nyengir sendiri kalo lg ngajar. Beliau ngajar juga ga pernah berdiri, duduk terus di kursi.

Gimana tuh? Aneh kan. Seorang profesor yang pasti pinter banget. Selama ini kita cuman ngeliat seorang profesor kalo dia lagi ngajar di kelas doang. Tapi kehidupan dia sehari2 di luar urusan kuliah? Naaaah, ini yang kita ga tau. Lewat film lah kita bisa liat kaya gimana kira2 lika-liku hidup seorang profesor.

Ada dua film tentang profesor yang lagi mau saya tonton.

Pertama, Elegy.



Ni saya kasih liat cuplikannya



Yang maen Ben Kingsley ama Penelope Cruz. Ni film bakalan di puter di Blitz. Rencananya saya mau nonton di bioskop. Saya nonton Smart People di Blitz juga, sekdar info.

Yang kedua, judulnya The Visitor.



Ni cuplikannya



Kalo ini yang maen tapi ga terkenal. Saya ga sengaja liat resensinya disini. Menarik kan? Kalo yang ini kayanya ga ada di bioskop Indonesia, jadi saya akan nyari DVD bajakannya di Glodok. Mudah2an ketemu.

Nah, itu dia tuh dua film yang lagi saya nantikan. Ada beberapa judul film lagi yang tokohnya profesor.

Profesor yang ngobrol dan debat sama mahasiswanya ada di film Lions for Lambs. Ini film politik, film berat. Buat orang yang sukanya film2 Hollywood seperti biasa, mendingan jgn nonton ini. Bisa2 tidur bablas sampe pagi.

Ada juga film profesor yang pedofil, judulnya Lolita. Ceritanya diangkat dari buku yang judulnya sama karangan Vladimir Nabokov.

Ada juga nih film2 arus utama Hollywood yang tokoh utamanya profesor. Tapi ini bukan profesor biasa, tapi "professor in action". Contohnya film ini



Juga film ini



Naaaah, seru kan film2 yang karakter utamanya profesor. Kita bisa liat macem2 pribadi unik para guru besar itu. Ada yang bae, ada yang buruk. Tapi yang pasti, semuanya berkepribadian menarik.

Udah dulu ah

09 Oktober 2008

Hambar

Hari ini saya ke kampus dengan persiapan setengah matang. Tapi masih mengarah ke matang.

Jadi ceritanya hari ini saya sampe di kampus jam 8.30. Saya mau ikut kelas tambahan manajemen pemasaran (MP) jam 9. Saya liat tuh di papan pengumuman jadwal2 di deket tukang fotokopi. Abis diliat2 ko ga ada jadwal kelas tambahan kelas MP bu Sri Daryanti. Saya sms si Riza nanyain jadi ato ga ni kelas tambahan. Waktu pun bergulir sesuai kodratnya, tapi balasan ga kunjung tiba. Terus saya duduk2 bentar di lobi tengah gdung A bareng beberapa temen yang ga begitu akrab. Lagi duduk2 begitu, lewatlah salah satu temen sekelas MP saya. Saya tanyain de tuh orang. Eh tau2nya, kelas dibatalin. Gondok deh. Udah cape2 bangun pagi2, eh dosen seenaknya aja ngebatalin kelas.

Karena kuliah selanjutnya masih jam 13.30, daripada ga jelas mo ngapain, tujuan terbaik adalah labkom. Ini dia nih fasilitas di kampus saya yang ga ada matinya, bisa buat maen internet gratisan sampe gila, trus juga ngeprint gratis maks 200 lembar, lumayan lah 200 lembar tiap semester. Kalo yang punya laptop sih enak bisa hotspotan di mana aja, lha kalo saya mah ga punya laptop. Saya naek ke ujung lantai 2, tempat "internet gratis sampai gila" bersemayam. Karena matahari belum bergerak ke puncaknya jadi msh sepi ni tempat, biasanya mah penuh melulu. Dan ketika itu pula, mulailah saya mengarungi jagad dunia maya sampe waktu yang belum bisa ditentukan.

Di labkom sekitar 3 jam lebih dikit, pusing juga lama2 di depan layar komputer. Solat zuhur dulu lah ke musola. Di musola ada si Ben lagi bengong ga jelas. Ternyata dia juga blom ngerjain tugas mikroekonomi yang lumayan banyak itu. Ada juga si Riza yang baru dateng, dia juga blom ngerjain. Aman deh aman, banyak temen yang blom ngerjain juga. Saya tuh jadwalnya presentasi hari ini di kelas mikro, jadi saya belajar dikit materi presentasinya, sekalian siap2 buat tampil.

Jam 13.30 saya naik ke kelas di lantai 3 bareng si Ben. Saya liat ke dlm kelas, cuman ada satu orang cewek. Saya nunggu di luar. Tak lama kemudian orang2 berangsur2 dtng, termasuk si Riza, walopun msh jauh dari ramai. Lagi berdiri2 di selasar lantai 3 tau2 si Riza diteriakin temen satu kelas mikro saya dari lantai 2. Dia bilang "kelas dibatalin, bu Lili lg sakit, emang lo ga dapet smsnya?" Astaghfirullah. Bu dosen....., bu dosen........., enak banget ya ngebatalin kelas semaunya. Padahal udah siap bngt mau presentasi. Setelah gondok utk yg kedua kalinya, saya turun, duduk2 depan koperasi sambil minum makan kecil bareng beberapa kawan. Abis itu cabut deh dari kampus. Tapi mampir dulu ke FISIP buat beli Tempo titipan bapak saya sekalian solat asar, abisnya di kampus saya telat mulu datengnya, kalo di FISIP mah tepat waktu. Sambil nungguin bis, saya makan mendoan di es pocong, setelah lama berpisah dengan rasa mendoan maknyus ini di bulan puasa.

Yah itulah kisah hari kampus saya yang hambar tanpa tambahan ilmu ini. Begitu2 doang. Ga ada variasi.

Oh iya saya baru beli buku lagi nih.

Pertama yang ini nih



Belinya waktu hari senin di TM Bookstore di Detos pake diskon 30% dari 91 ribu jadi 63 ribu 7 ratus karena belinya pagi2. Lumayan, lumayan..... Udah sampe hal. 218 nih saya bacanya. Kalo baca bukunya pak Langit mah seru banget ceritanya. Sekalian nambah pengetahuan sejarah walopun isinya ga semuanya bener kejadian.

Terus yang kedua



Ini belinya waktu hari rabu di TM Bookstore juga. Diskonnya cuman 15% dari 53 ribu jadi 45 ribu karena saya agak kurang pagi datengnya jadi ga dapet diskon 30% deh. Saya baru baca pengantarnya doang.

Udah ah, segitu aja.

05 Oktober 2008

Hari-hari lebaran

Seminggu yang kurang panjang rasanya. Besok tau2 udah kuliah lagi. Mendingan mengenang yang udah lalu aja selama seminggu ke belakang yang bernuansa lebaran ini

Senin:
Pergi bersama keluarga ke PIM buat nonton Laskar Pelangi. Sampe sana jam setengah 4. Dari pertama masuk rasanya rame banget ni mol, padahal ga ada apa2an. Mungkin karena libur kali ya. Setelah menyadari keramaian, saya langsung meluncur ke bioskop XXI buat beli tiket. Ngantri sbentar trus mesen yang jam 19.00, ternyata penuh juga. Akhirnya dapet yang urutan kedua dari bawah sebelah kiri. Abis beli tiket saya meluncur ke PIM1. Ke Gramedia tapi sebentar doang. Terus ke gerai M2 liat2 baju lebaran yang didiskon sampe 50%, tapi karna udah beli baju buat lebaran, saya ga beli, walopun tergoda. Terus ke gerai sepatu cewek Charles & Keith nyamperin ibu saya. Abis itu balik lg ke Gramedia liat2 buku majalah. Abis itu ke toko buku tetangganya yang bukunya bhs Inggris semua, Periplus. Di Periplus, saya liat empat buku seri Twilight dipajang di tempat best seller. Cover edisi aslinya ini lebih bagus dan lebih elegan daripada yang versi terjemahan yang keliatan kaya buku anak2. Lagi di Periplus, saya ditelpon Bapak saya. Dia udah nunggu saya di foodcourt PIM2 buat buka puasa. Saya pun nyebrang lagi ke PIM2 dan ke foodcourt. Foodcourtnya rame bngt, sampe banyak yg ga kebagian tmpat duduk. Selesai buka saya sekeluarga ke XXI dan ternyata udah desek2an di dalem. Karena msh ada waktu, saya main Time Crisis 4 dulu bareng kaka saya. Pas mati pas banget pengumuman filmnya udah mulai. Nonton deh akhirnya sekeluarga setelah agak lama ga nonton bareng sekeluarga. Selesai nonton jam stengah sepuluh. Abis itu pulang. Sebelom nyampe rumah, saya mampir ke dokter dulu di Meruya karna saya agak sakit batuk pilek panas. Abis itu baru sampe rumah. Sampe rumah internetan sampe malem trus tidur. Selama di PIM ini entah mengapa saya ketemu banyak banget orang yg saya kenal. Dari mulai sodara, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, sampe artis2 juga banyak seliweran di PIM hari itu.

Selasa:
Ga kemana2 berhubng puasa terakhir. Di rumah aja sambil lanjutin baca Lolita ama internetan. Malemnya makan opor ama ketupat yang baru selesai ibu saya masak. Terus juga dapet banyak kiriman makanan dari tetangga. Malem takbiran juga saya ga ke mana2 abis temen2 udah pada mudik.

Rabu:
Lebaran telah tiba.... Bangun pagi buat solat ied. Kalo saya mah solat ied ga usah jauh2, di taman depan rumah yang jaraknya cuma sepelemparan batu juga ada. Selesai solat ied maaf2an ama keluarga juga tetangga. Abis maaf2an saya tidur2an sebentar. Jam 10.30 saya berangkat ke rumah sodara di daerah Condet bareng nenek, tante, om dan macem2. Pas udah agak siang cabut lagi ke rumah sodara kedua di daerah Cibubur. Di sini rame banget nih isinya, terus saya baru tau ternyata sodara jauh saya banyak yang kece2 juga dan ada beberapa yang kuliahnya di UI juga tapi beda fakultas. Saya kenalan sama beberapa dari mereka. Dari Cibubur terus pulang. Sampe rumah jam 7 malem.

Kamis:
Lebaran hari kedua.. ga ke mana2 Di rumah aja.

Jumat:
Jalan2 lagi ama keluarga ke Mal Kelapa Gading. Karena jaraknya jauh, saya jarang banget ke mal ini. Makan di resto the Duck King. Ini ibu saya yang mau makan di sini. Mahal banget harganya padahal biasa aja rasanya. Rasa bebeknya juga enakan di resto bebek deket rumah saya dan juga jauh lebih murah. Tapi sekali2 ga papa deh ngerasain doang.

Sabtu:
Keliling ke rumah sodara lagi. Empat rumah sekaligus. Daerah2nya juga ga main2. Jauh2 banget. Urutannya begini nih: Duren Sawit, Pondok Kelapa, Cijantung, Lebak Bulus. Malemnya ngerjain tugas kuliah yang udah lama terbengkalai.

Minggu (hari ini):
Di rumah aja sendirian, lanjutin ngerjain tugas. Yang laen pada pergi.

Akhirnya besok kembali ke dunia nyata, masuk kuliah lagi.

04 Oktober 2008

Hijau

Lagi males nulis panjang2

Mau ngasih tau aja, kemaren lebaran jumlah total salam tempel yang gw terima 445 ribu. Cihuy ga tuh? Lumayan lah

Daftar belanja:

+ Buku: 1. City of Joy
2. The Glass Palace
3. Gajah Mada: Hamukti Palapa
4. Gajah Mada: Perang Bubat
5. Imperium
6. Kebenaran yang Hilang
7. Zaman Edan

+ CD: 1. OST Juno

2. Travis yang album lama
3. Rocket Rockers, Better Season

+ Baju: 1. T-Shirt Rocket Rockers

2. T-Shirt Pure Saturday (kalo ada yang baru)
3. T-Shirt Seringai (kalo ada yang baru)
4. Kaos garis2 horizontal

Kebeli semua ga ya? Sulit kayanya. Tapi jangan lupa, harus selalu ada jatah buat orang kurang beruntung. Semoga ga khilaf terus tau2 uangnya udah abis. Amiiiin.......

28 September 2008

Cemerlang dan rupawan

Alamak, akhir2 ini saya lagi gandrung sama seorang lawan jenis. Perempuan yang satu ini sungguh2 cemerlang dan rupawan, tapi ga bersayap (ngikutin lirik lagu Dewi Lestari yang baru). Mau tahu siapa? Nih saya kasih liat fotonya



Gimana? Gimana? Cantik kan?

Sok pasti dong

Tau ga siapa namanya? Namanya Blake Lively. Tau ga dia siapa? Dia tuh yang main serial Gossip Girl yang lagi terkenal sekarang. Dia juga main di film Sisterhood of the Travelling Pants. Dia lahir 25 Agustus 1987 di Calfornia. Beda dua taun doang sama saya. Saya pertama ngeliat dia di iklan majalah Cosmopolitan di Kompas, dan dia terlihat cantik walaupun gambarnya hitam putih (ngikutin dialog film Juno).

Tau ga kenapa saya suka banget sama si Blake Lively ini? Dia mau pake baju dan busana apa aja tetep aja keliatan cantik dan menawan. Terus juga, senyumnya itu lo, amboi..., manis banget. Liat nih....



Setuju ga?

Harus setuju.

Ingin rasanya ketemu dia trus kencan seharian jalan2 berduaan. Mudah2an suatu saat nanti saya bisa sempat ketemu dia (terlalu tinggi mimpinya, tapi kalo kata Andrea Hirata, "Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu"). Tapi sayang dia udah punya pacar. Namanya Penn Badgley, temen mainnya di Gossip Girl.



Tapi ga papa. Saya mah orangnya optimis. Kalo nanti saya ketemu Blake Lively, saya bakal bilang begini:

"Just dump your boyfriend and go out with me, I swear I'd treat you like a queen"
(The Ataris, San Dimas High School Football Rules)

Kalo dia ga ngacuhin saya, saya akan bilang:

"The more you ignore me, the closer I get. You're wasting your time" (Morrissey, The More You Ignore Me, the Closer I Get)

Terus kalo si Penn Badgley itu dateng, saya akan ngomong:

"Get your hands off the girl, can't you see that she belongs to me?" (Weezer, Perfect Situation)

27 September 2008

Ngabuburit sendokiran


Hari ini, setelah bangun tidur jam stengah 11 , saya ga ada kerjaan, maklum udah masuk masa libur. Sebenarnya sih banyak tugas kuliah, tapi males bngt ngerjainnya. Kayanya msh banyak hal lain yang lebih menarik utk mengisi liburan drpd ngerjain tugas. Tadinya sih saya bersama keluarga rencananya mau ntn film Laskar Pelangi sekalian buka di luar, tapi akhirnya diundur jd hari senen karena takut msh rame dan ga dpt tempat duduk.

Setekah mikir2 bentar, akhirnya saya memutuskan utk pergi ke Gramedia Matraman. Tujuan utama saya mau nyari tempat pensil baru, karena tempat pensil saya yg lama udah rusak. sekalian juga liat2 buku dan nungguin buka puasa. Sebenarnya ada Gramedia yang lebih dekat dari rmh saya drpd Gramedia Matraman yg lumayan jauh, tapi kan saya nyari suasananya.

Jam stengah 2 berangkat lah saya dari rumah naik mikrolet favorit saya, M11. Turun di Slipi, langsung nyambung naik bis PPD 213. Selama perjalanan, jalan2 di Jakarta sepi dan lengang. Mungkin udah pada mudik kali orang2.

Ada empat pengamen yang menemani perjalanan saya secara bergantian selama di bis. Inilah urutan dan rinciannya:
1. Seorang bapak2 setengah baya bermain suling tanpa bernyanyi
2. Seorang nenek2 ompong berjilbab, kurus kering, ngamen pake speaker dan mikrofon yang dia jinjing tanpa diiringi musik apa pun, kayanya sih dia nyanyiin lagu2 tua, jd saya ga tau dia nyanyi apa.
3. Tiga orang remaja yang nyanyi lagu Dmasiv dan Seventeen dgn formasi lengkap ala pengamen yaitu dua buah gitar dan sebuah drum "seadanya" ala pengamen.
4. Dua orang remaja, tapi saya lupa nyanyiin lagu yang di bawain.

Di perjalanan saya juga melihat bioskop 21 Megaria ternyata udah berubah namanya jadi Metropole XXI. Sebenernya Metropole itu nama asli bioskop Megaria jaman dulu, tapi yang menarik di belakangnya udah ada label XXI. Berarti ni bioskop udah berubah jd lebih luks drpd yg dulu yg terlihat sngt butut dan suram. Gedungnya pun terlihat baru di cat ulang jadi terlihat lebih baru dan di depannya ada "XXI Garden Cafe". Saya sempat panik dulu waktu kabarnya gedung bioskop megaria ini udah dijual dan mau dirubuhkan buat dijadiin pusat perbelanjaan ato apalah. Padahal kan gedungnya itu gedung tua dari jaman Belanda berarsitektur art deco yang sayang banget kalo dirubuhin. Di depan bioskop itu saya juga melihat iklan kampanye Sutiyoso buat jadi presiden yang lumayan gede. Selain itu saya juga liat ternyata RSCM sedang direnovasi besar2an. Gedung yang dulu pernah jd tmpat kakek saya dirawat, sekarang udah kosong melompong kalau dilihat dari luar, tapi ga sampe dirubuhin.

Sampe di Gramedia, saya langsung meluncur ke bagian majalah di lantai dua. Lumayan lama saya di bagian ini. Pertama saya buka2 majalah film First. Saya lanjut baca Tempo, artikel ttg dua orang ustadz baru yang di setiap majelisnya selalu rame diikuti orang sampe membludak, trus resensi film baru Hanung Bramantyo yang blom rilis, Doa yang Mengancam, sama wawancara KH Sahal Mahfudh yang ngomongin ttg Gus Dur yg udah banyak dimanfaatin oleh orang di sekelilingnya dan masalah tragedi pembagian zakat di Pasuruan. Terakhir saya baca U-Mag yang ngebahas tentang kalangan sosialita di Jakarta. Yang menarik dari artikel itu ternyata ada 2 macam sosialita, yaitu sosialita tulen yang emang dari dulu udah bergaul lama sesama kalangannya, dan socialite wanna-be atau disebut jg social climber yg jd sosialita buat keren2an doang.

Setelah selesai buka2 majalah, saya bergerak ke bagian lain liat2 buku. Ternyata buku Laskar Pelangi udah ada edisi barunya yg covernya memakai gambar poster filmnya. Trus saya naik ke lantai tiga. Saya ke bagian novel sejarah dan melihat novel Gajah Mada yang ke3, 4, dan 5. Harganya udah naik jadi di atas 90 ribu semua. Banyak bngt ya naiknya. Padahal saya berencana mau beli tiga2nya abis lebaran utk melengkapi koleksi saya yg baru punya yang pertama ama yg kedua. Terus saya pindah ke bagian buku sosial politik. Saya melihat buku yang sudah lama saya cari, 'Kebenaran yang Hilang' karangan Farag Fouda. Buku ini isinya ttng sejarah kelam jaman kekhalifahan yang ga pernah diceritain selama ini. Karena isi bukunya kontroversial, si Farag Fouda itu mokat dibunuh ama seorang fundamentalis. Saya jadi mikir, apa FPI ga ngamuk yah buku yang kaya begini diterbitin di Indonesia? Harganya 53 ribu jadi saya ga beli. Lha wong saya cuma punya uang 50 ribu, itu jg harus beli tempat pensil baru. Tar aja deh belinya pake uang lebaran.

Keadaan Gramedia waktu itu ga rame2 amat kaya biasanya tp juga ga sepi2 amat. Seperti biasa selalu ada banyak perempuan2 rupawan di Gramedia yg satu ini. Saya sih liat2 aja ke mereka sambil pura2 buka2 buku.

Setelah selesai liat2 buku, saya langsung ke lantai satu buat beli tempat pensil. Setelah muter2 nyari di mana bagian tempat pensil, akhirnya saya beli tempat pensil kaleng bergambar karakter kartun favorit saya waktu kecil, Snoopy, dengan harga 25 ribu. Saya jg beli tip ex baru karena tipex saya hilang di kampus.

Saya pulang naik bis yang sama dan mikrolet yang sama. Sampe di rumah pas jam 6 jd saya bisa langsung buka deh.

Perjalanan yang cukup menyenangkan walopun cuman sendirian.

Udah dulu ah.


Out-With


Kalo ngomongin buku, akhir2 ini buku yang lagi ramai digandrungi khalayak banyak mungkin adalah "Twilight" dan dan seri2 selanjutnya. Saya bisa bilang ini karena sering melihat buku ini banyak dibahas di blog2 orang, melihat beberapa orang di bis dan mikrolet yang sedang membaca buku itu, dan yang paling jelas adalah di toko2 buku di seantero ibukota, buku ini masuk dalam daftar penjualan terlaris. Selain itu, Twilight juga akan dibuat filmnya, sehingga membuat banyak orang semakin penasaran seperti apa buku ini.


Tapi saya tidak akan membahas buku itu di tulisan ini. Saya punya buku yang ceritanya lebih menarik daripada sekadar cerita cinta2an antara vampir dan manusia. Buku yang akan saya bahas di sini berjudul "The Boy in the Striped Pyjamas", yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul "Anak Laki-laki Berpiama Garis-garis." (selanjutnya akan disebut The Boy).


Setelah tadi sahur, saya baru saja menyelesaikan membaca buku ini. The Boy bercerita tentang seorang anak berumur 9 tahun bernama Bruno yang tinggal di rumah yang besar (berlantai lima) di Berlin, Jerman. Satu hari dia harus pindah rumah karena ayahnya mendapat promosi jabatan dari the Fury dan dipindahtugaskan ke daerah terpencil. Di rumah barunya, ia merasa sangat tidak betah karena rumah barunya itu lebih kecil dari rumahnya di Berlin, jauh dari mana2, dan tidak ada orang yang bisa dijadikan teman oleh Bruno.

Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Bruno. Dari jendela rumah barunya itu, Bruno bisa melihat di kejauhan ada pagar tinggi berduri yang di dalamnya ada banyak pondok2 kecil. Karena Bruno berjiwa penjelajah dan merasa penasaran, suatu hari dia keluar dari rumahnya dan mencari tahu ttg pagar berduri tsb. Ketika dia sampai pada pagar tsb, dia menemukan seorang anak kecil yang yang memakai piama bergaris-garis. Sedang duduk di dalam pagar itu. Bruno berkenalan dgn anak bernama Shmuel itu dan sejak itu pun Bruno bersahabat dengan dia.

Saya merasa gemas dengan kepolosan pemikiran dan sikap Bruno yang terdapat di sepanjang buku ini. Cerita dalam buku berjalan maju-mundur dan tidak akan membuat kita bosan dengan narasi panjang, karena memang buku ini tidak tebal. Terjemahannya pun enak dibaca dan tidak akan membuat kita merasa aneh dengan rangkaian katanya. The Boy didukung dengan cerita yang kuat dan porsi setiap karakter juga tepat dan berimbang, namun tetap berpusat pada karakter Bruno. Bagi orang yang nenyukai akhir yang bahagia, mungkin akan mengumpat dalam hati jika mengetahui akhir dari cerita buku ini. Akhir ceruta buku ini sukses membuat saya merasa miris walupun tidak sampai sedih.

Yang lebih menyenangkan lagi, setelah saya liat2 di google ternyata buku ini sudah difilmkan dan sudah beredar di bebrapa negara. Sungguh menyenangkan. Penasaran filmnya kayak apa. kayanya ga bakalan msk bioskop Indonesia film kaya begini, jadi ntar cari aja DVD bajakannya.



Oh, iya. Judul dari posting ini adalah cara Bruno mengucapkan Auschwitz dan the Fury adalah cara Bruno mengucapkan der Fuhrer. Jadi tau kan latar belakang ceritanya tentang apa?

25 September 2008

Harus menunggu lebih lama

Setelah sekian lama, setelah banyak berkutat dengan urusan kuliah, setelah kena teguran dosen karena nilai kuis jelek, setelah sempat sakit ringan flu batuk2 pilek, setelah komputer baru dibenerin, akhirnya ketemu juga waktu buat nulis postingan.

Kali ini saya ingin menumpahkan kekesalan saya.

Tadi pagi saya liat di Kompas berita tentang busway. Judulnya "Koridor VIII-X Tertunda". Langsung saja kecewa melanda hati. Saya bertanya2 ngapain aja sih nih pemprov DKI? Alasannya juga menyesakan hati, yaitu bisnya blom ada, masih nunggu proses lelang selama 2 bulan. Alasan macam apa itu? Emangnya dari dulu waktu pertama ngerencanain buat bangun busway baru, pengadaan bisnya ga dikira2 dulu apa? Terus, katanya koridor itu baru mau dioperasiin akhir tahun depan. Padahal, penundaan pengoperasiannya udah sampe 3 kali. Di beberapa tempat juga separator buswaynya udah banyak yang somplak. Halte buswaynya juga pada kasian nganggur, tar lama2 malah jadi sarang nyamuk, sarang dedemit, ato tempat tidur gembel.

Ruwet deh kalo gini.

Sebenarnya alasan kekesalan ini karena saya harus menunggu lebih lama lagi untuk menikmati busway yang lewat dekat rumah saya. Dengan busway ini saya bisa ke tempat2 favorit saya hanya dengan bayar 3500 perak. Daripada naek motor mlulu ato gonta ganti bis kota, ya jelas pilian ini yang paling bersahabat dgn kocek saya.

Udah ah gitu aja

11 September 2008

Nothing is what it seems


Entah mengapa akhir2 ini saya lg suka sekali dgn film American Beauty. Setelah pemutar DVD saya berkali2 "menelan" lalu "memuntahkan" DVD Juno bulan lalu, sekarang ini saya sedang terbayang2 oleh seluruh rangkaian adegan di American Beauty yang sungguh "spec...ta..cular".

Saya membeli DVD American Beauty di tempat biasa, Glodok(tentunya bajakan). Sebenarnya saya sudah pernah nonton film ini di VCD dan waktu ke Glodok tidak berniat utk beli film ini. Tapi DVD itu teronggok begitu saja di antara deretan DVD dan meminta utk saya ambil. Setelah memutuskan membeli DVDnya, tidak ada rasa menyesal sedikitpun. Bahkan saya sudah mengulang nonton film ini bebrapa kali.

Film ini merupakan sebuah sarkasme dari apa yang disebut sebagai 'American dream'. Jika selama ini kita melihat keluarga2 ideal di Amerika adalah yang tinggal di perumahan pinggiran kota (suburban), memiliki pekerjaan tetap di kantor atau sebagai profesional, makan malam bersama keluarga, bernyanyi dlm mobil dsb. maka anda dianjurkan sekali untuk melihat ironi2 yang ada di film ini. Film ini memperlihatkan betapa rapuhnya hubungan antar sesama anggota keluarga, tdk seperti yang terlihat di depan rumah mereka setiap pagi yang terlihat seperti seakan2 semuanya berjalan baik2 saja.

Lihatlah apa yang dikatakan oleh karakter Lester Burnham pd tetangganya ketika ia ditanya mengapa ia tidak peduli ketika tahu istrinya sedang selingkuh:

"Our marriage is just for show. A commercial for how normal we are when we're anything but"

Sinting.

Lalu coba lihat apa yang dikatakan oleh Jane Burnham (anak Lester Burnham) ketika berduaan sambil bermain handycam di kamar Ricky Fitts tetangganya, yang jg menjadi adegan pembuka film ini:


"I need a father who's a role model, not some horny geek-boy who's gonna spray his shorts whenever I bring a girlfriend home from school. What a lame-o. Someone really should just put him out of his misery."


Sungguh penulisan skenario yang dahsyat dari Alan Ball yang memang pantas diganjar dgn penghargaan Oscar. Akting Kevin Spacey sebagai Lester Burnham sungguh sempurna. Dari gestur tubuhnya sampai ekspresi wajahnya (apalagi pada adegan cheerleader di gor basket) adalah sebuah mahakarya seni peran tanpa cela. Musik pengiring film ini juga membuat kita ikut merasa berfantasi bersama Lester Burnham, tanpa iringan orkestrasi megah, tapi cukup hanya dengan bebunyian2 aneh.

Bagian akhir film ini adalah yang membuat saya terpesona. Dengan suasana yang cenderung temaram, hujan, diiringi musik yang sungguh mewakili keadaan absurd itu, kita disajikan kejutan yang membuat kita akan berpikir ulang untuk menilai orang dari sikap yang tampak di luar dan pembicaraannya saja. Dan semua itu terakumulasi dengan sebuah akhir yang tragis yang membuat saya sedikit berkaca2 melihatnya.

Lalu apa yang dikatakan Lester Burnham dalam sebuah narasi setelah semuanya berakhir?

"I guess I could be pretty pissed off about what happened to me... but it's hard to stay mad, when there's so much beauty in the world."

Akhir kata dari saya untuk film ini adalah:

"Spec...ta...cular"

08 September 2008

Kritik kecil

Kali ini saya cuma mau beri kritik kecil buat teman2 saya kuliah

Tadi pagi saya kuliah manajemen pemasaran, sesuai dengan peraturan setiap minggu satu kelompok maju menerangkan bab yang sudah dibagi2 di pertemuan pertama. Kemudian presentasi berjalan seperti biasa. setiap anggota dlm kelompok bergantian memberikan penjelasan

Yang saya mau kritik yaitu pengucapan bahasa dari penyampaian penjelasan tadi. Mereka melafalkan kata produk dengan 'prodak'. Kata produk, yang jika diucapkan dalam bhs Indonesia yang baik adalah 'produk', adalah kata serapan dari bahasa inggris yaitu product yang cara melafalkannya adalah 'prodak'. Tetapi dari slide presentasi mereka, yang di beberapa bagian menggunakan istilah bhs inggris, bisa terlihat dengan jelas mereka menuliskan produk, bukan product, yang berarti mereka menggunakan bhs Indonesia. Tetapi mengapa saat memberi penjelasan mereka mengucapkannya dengan cara 'prodak', yang mana adalah cara pengucapan dari kata aslinya dlm bhs inggris, yaitu 'product'?

Yang tambah mengherankan lagi adalah mereka mengucapkan kata produksi dengan 'produksi', bukan 'prodaksi', dan kata produsen dengan 'produsen', bukan 'prodasen'. Jadi bisa dlihat di sini ada inkonsistensi dalam berbahasa.

Tapi memang begitulah cara kita berbahasa akhir2 ini. Campur aduk bhs indonesia dgn bhs inggris udah jamak di masyarakat, jd yg dipakai itu bukan bhs Indonesia tapi Indonenglish. Saya lebih menghormati orang yang berbicara bhs inggris sepenuhnya daripada yang setengah2 seperti itu.

Saya pernah melihat sebuah buku yang diresensi di sebuah koran yang penulisnya juga salah satu dosen di kampus saya, judulnya adalah Marketing Politik. Tanpa merendahkan isi dari buku tsb, bagi saya judul ini menggelikan. Knapa tdk diberi judul Pemasaran Politik atau Political Marketing? Klo begitu kan lebih enak. Jadinya ada konsistensi berbahasa. Dan seingat saya di presentasi teman2 saya dlm kuliah pagi tadi tdk pernah sekalipun terdengar mereka menggunakan kata pemasaran. Mereka lebih memilih menggunakan kata marketing utk menyebutkan pemasaran.

Yah segitu aja deh kayanya. Saya tdk bermaksud memojokkan satu pihak tertentu. Saya cuma memberi pandangan saya dalam masalah berbahasa ini. Dan semoga ketika kelompok saya mendapat giliran presentasi, penggunaan bahasa saya bisa dipertanggungjawabkan. Begitu juga saya berharap pada teman sekelompok saya.

06 September 2008

Ga solat jumat, pas pulang liat orang ketabrakan

Sebenarnya saya mencoba setelah sahur hari ini dan setelah tadi saya baru saja meresmikan blog saya. Tapi mata ga mau menutup. ga bisa tidur. Yaudah nulis lagi aja buat postingan baru.

Kemarin saya berangkat kuliah jam 10.30. Setelah perjalanan jauh dengan mikrolet M11 dan bis patas AC 143 yang dihadang beberapa kali lampu merah yang bikin macet telah sampai di depok, jam sudah menunjukkan jam 12.15. Saya pun segera buru2 ke mesjid ui buat solat jumat. sampai mesjid solat udah mulai. Wah bahaya nih. Saya lngsung lari ke tempat wudu. selesai wudu ternyata solat jumatnya udah selesai. Saya pun melewatkan solat jumat pertama di bulan puasa ini dengan sukses. Akhirnya saya hanya menggantinya dengan solat zuhur abis itu tidur2an di mesjid sambil dengerin radio dari hp.

Dari mesjid, saya bertolak ke kampus buat kuliah pertama matkul PMS (Pengantar Manajemen sains). Ini dia kelas pertama saya yang pake bhs inggris buat bahasa pengantarnya (sebenernya sih ketiga setelah MPK Bhs Inggris sama Academic Listening, tapi kalo itu emang kuliah berkenaan sama bhs inggris). Dosennya agak telat masuk kelas dan ternyata masih muda. Namanya bu Paulyn. Dia ngeharusin satu kelas harus punya buku semua masing2. Entah mengapa dosen2 yang saya pilih semester ini rata2 perempuan, hanya satu yang laki2. Dan juga, dosen2 perempuan itu rata2 terlihat masih muda, perempuan umur 30-an gitu.

Dalam perjalanan pulang dari kampus, bis patas 54 saya mengalami insiden. Bisnya nabrak orang di gatot subroto, deket gedung bank mandiri menjelang komdak. Penumpang satu bis heboh dan buru2 pada keluar setelah saya keluar dari saya kira saya akan melihat darah berceceran ataupun bagian tubuh yang terpisah, tapi ternyata ga ada tuh. Si korban cuma teriak2 kesakitan dan dilihatin orang2 dari dan ga ada yang bawa dia ke rumah sakit atau diapain kek. Cuma rame dikerubungin. Sebenernya saya dirugiin juga dari kejadian ini. Saya kan udah bayar ongkos tapi ga sampe tempat tujuan. Terpaksa deh harus keluar ongkos lagi. Saya doain si mas yang ketabrakan td udah sembuh dan dapat perawatan layak

Yaudah deh, segitu aja sampai berjumpa pula. Mau coba tidur lagi nih

Sebuah Introduksi

Selamat datang di blog saya yang masih sangat segar ini. Saya akan menggunakan blog ini hanya untuk mencurahkan segala keluh kesah, sedu sedan, pengalaman, dan bermacam2 yang akan terjadi di hidup saya. Mudah2an rajin mengisinya dengan tulisan2 handal dan semoga ada yang menanggapi tulisan saya